DOOM: The Dark Ages – Ketika Sang Slayer Kembali dengan Amarah di Zaman Kegelapan

Setiap kali kita mendengar nama DOOM, yang langsung terbayang adalah ledakan brutal, darah berhamburan, soundtrack metal yang menghentak, dan sosok sang Slayer yang melibas iblis tanpa ampun. Tapi kali ini, id Software dan Bethesda ingin membawa kita ke arah yang lebih gelap, lebih brutal, dan lebih… medieval. Sambutlah DOOM: The Dark Ages, sebuah evolusi dari franchise FPS legendaris yang kini mengangkat latar waktu dan nuansa yang jauh dari era futuristik sebelumnya.

Sebagai editor hokijp168, menilai DOOM: The Dark Ages sebagai salah satu proyek paling berani dalam sejarah panjang franchise ini. Ia membawa semua yang kita cintai dari seri DOOM—aksi cepat, kekerasan yang over-the-top, dan kemarahan sang Slayer—ke dalam zaman kegelapan yang kelam, brutal, dan penuh darah. Bukan hanya dari segi estetika, tapi juga pendekatan gameplay dan narasi yang sangat segar.

Mari kita gali lebih dalam: apa sebenarnya DOOM: The Dark Ages, bagaimana perbedaannya dari seri sebelumnya, dan kenapa game ini pantas dinanti oleh semua penggemar FPS hardcore.

Kembali ke Akar, Tapi dalam Dimensi yang Berbeda

DOOM: The Dark Ages adalah prekuel dari DOOM (2016) dan DOOM Eternal, yang akan mengungkap asal-usul sang Slayer sebelum ia menjadi pembantai iblis termasyhur. Cerita kali ini membawa kita ke sebuah dunia fantasi dark-medieval yang digabungkan dengan elemen teknologi kuno dan mitologi neraka. Bayangkan gabungan antara DOOM, Dark Souls, dan Warhammer—inilah nuansa The Dark Ages.

Tidak ada pesawat luar angkasa. Tidak ada BFG yang ditembakkan dari satelit. Yang ada hanyalah pedang, tameng, dan teknologi kuno yang dibungkus logam berdarah.

Namun tenang, walau temanya lebih “zaman kegelapan”, game ini tetap mempertahankan DNA DOOM:

  • Aksi super cepat (fast-paced FPS)
  • Gerakan agresif
  • Kombat brutal dan visceral
  • Soundtrack gahar dan penuh distorsi

Visual dan Desain Dunia: Kegelapan yang Megah

Satu hal yang langsung mencolok dari cuplikan dan demo awal adalah visual desain dunia DOOM: The Dark Ages. Dunia di game ini didominasi kastil raksasa, reruntuhan kuno, padang pertempuran berdarah, serta makhluk-makhluk neraka dengan desain grotesk yang seolah keluar dari mimpi buruk seorang seniman heavy metal.

Armor sang Slayer pun kali ini didesain lebih seperti ksatria dari neraka, dengan helm berbentuk tengkorak dan armor berlapis logam berduri. Senjata-senjatanya tampak seperti gabungan antara mesin dan senjata zaman kuda dan pedang.

Dunia yang ditampilkan terlihat seperti dunia fantasi yang dibakar oleh iblis—hitam, merah, penuh simbol rune, dan kabut darah. Namun tetap ada teknologi kuno ala Doom Eternal, yang kini tampil lebih misterius dan berbasis “magitek”.

Senjata dan Peralatan: Tameng, Pedang, dan Mesin Pembantai

Salah satu hal paling dinanti dari The Dark Ages adalah senjata barunya. Tidak seperti seri sebelumnya yang fokus pada senapan futuristik, di sini kita akan mendapatkan arsenal yang lebih “old school”—tapi tetap dibumbui teknologi neraka.

Beberapa senjata yang sudah dikonfirmasi:

  • Sawshield: tameng raksasa yang bisa dilempar seperti gergaji berputar. Efeknya? Potong musuh jadi dua bagian sambil tetap bertahan.
  • Flail Gun: senjata mirip bola besi berduri raksasa yang bisa diayunkan atau dilempar ke musuh—sangat brutal.
  • Shrapnel Crossbow: crossbow besar yang menembakkan peluru tajam yang meledak atau memantul di tembok.
  • Super Shotgun (versi barok): tetap hadir, tapi kini dengan tampilan lebih tua dan lebih gahar.
  • Chainsword: versi pedang dari chainsaw, cocok untuk menebas barisan iblis dalam satu ayunan berdarah.

Dan jangan khawatir—DOOM: The Dark Ages tetap akan membawa Glory Kills, eksekusi brutal khas Doom Slayer yang memberikan health atau armor tambahan jika dilakukan dengan timing tepat.

Musuh-Musuh Neraka Kuno

Sebagai prekuel, The Dark Ages juga mengenalkan versi awal dari para iblis yang sudah kita kenal dari DOOM dan Eternal. Tapi kali ini, desain mereka terasa lebih mistis dan menyeramkan. Iblis-iblis besar dengan armor batu, entitas seperti naga dari neraka, hingga iblis penyihir yang mengendalikan medan pertempuran dengan sihir hitam.

Mekanik musuh juga lebih variatif. Beberapa musuh kini bisa terbang di sekitar kastil, bersembunyi di balik medan, atau muncul dari portal yang tak henti memanggil iblis tambahan. Ini mendorong pemain untuk tetap agresif, bergerak cepat, dan berpikir taktis dalam tiap arena.

Boss Fight Berskala Raksasa

Dari demo awal, kita juga melihat bahwa DOOM: The Dark Ages akan menyertakan boss fight yang jauh lebih masif. Ada adegan Slayer menghadapi monster raksasa dari atas naga mekanik—ya, kamu tidak salah baca. Game ini kemungkinan besar akan menyisipkan elemen semi-rail shooter atau momen sinematik yang bisa dimainkan dalam skala besar.

Ada juga rumor bahwa kita akan melawan “The First Demon”, entitas kuno yang menjadi alasan utama perang neraka pecah ke dunia manusia. Jika itu benar, kita bisa berharap pada pertarungan klimaks yang benar-benar spektakuler.

Storytelling dan Lore: Slayer Sebelum Jadi Legenda

Jika DOOM Eternal menyuguhkan lebih banyak lore lewat cutscene dan kodeks, maka The Dark Ages tampaknya akan lebih fokus pada asal-usul Slayer, konflik dengan makhluk neraka, dan bagaimana dia menjadi ikon pembantai iblis.

Narasinya akan mengeksplorasi masa lalu, termasuk kemungkinan konflik pertama antara Maykr, Neraka, dan bangsa kuno Sentinel. Kita akan melihat konflik ideologi, pengkhianatan, dan perang kuno yang membentuk dunia DOOM modern.

Meski narasi tetap bukan fokus utama (karena gameplay selalu di depan), pendekatan sinematik dan dunia yang lebih immersive akan membuat pengalaman jadi lebih utuh.

Engine dan Performa

DOOM: The Dark Ages dibangun menggunakan id Tech terbaru, yang sudah terbukti mampu menjalankan DOOM Eternal dengan sangat mulus di berbagai platform. Game ini dijanjikan akan:

  • Hadir di Xbox Series X|S, PC, dan juga PlayStation 5
  • Mendukung 60 fps stabil, bahkan dalam skenario pertempuran masif
  • Gunakan ray-tracing dan efek pencahayaan real-time untuk atmosfer yang lebih kelam dan dramatis

Tak hanya itu, audio dalam game juga didukung dengan teknologi 3D spatial, yang membuat suara iblis berbisik atau teriakan musuh terasa sangat dekat dan menyeramkan.

Dan tentu saja, soundtrack khas DOOM tetap hadir—dengan sentuhan metal medieval yang menghentak dan menggetarkan tulang. Pengganti Mick Gordon kabarnya akan membawa gaya musik berat yang baru, dengan banyak elemen choir dan instrumentasi klasik yang digabung dengan distorsi.

Kapan Rilisnya?

DOOM: The Dark Ages dipastikan akan rilis pada tahun 2025, namun tanggal pastinya belum diumumkan. Game ini akan masuk ke Xbox Game Pass day-one, yang tentu menjadi kabar baik bagi para gamer Xbox dan PC.

Cocok untuk Siapa?

✅ Cocok untuk:

  • Penggemar FPS cepat dan brutal
  • Fans DOOM klasik maupun modern
  • Pemain yang suka game penuh aksi nonstop
  • Pecinta dunia dark fantasy ala Warhammer atau Soulslike

❌ Mungkin kurang cocok jika:

  • Lebih suka game yang lambat dan penuh eksplorasi
  • Tidak nyaman dengan kekerasan eksplisit
  • Ingin game dengan narasi mendalam dan penuh pilihan moral

Kesimpulan: Slayer Tak Pernah Mati, Ia Hanya Kembali dengan Gaya Baru

DOOM: The Dark Ages adalah bukti bahwa id Software tidak takut bereksperimen. Mereka berhasil membawa franchise FPS legendaris ke era yang sama sekali berbeda tanpa kehilangan jiwanya. Ini adalah DOOM dalam bentuk paling murni: penuh darah, penuh amarah, tapi kali ini… dengan tameng dan palu raksasa.

Apakah kamu siap menjelajahi neraka di zaman kegelapan? Karena ketika lonceng perang berbunyi dan iblis mulai menyerbu benteng terakhir manusia, hanya satu nama yang bisa mengubah jalannya sejarah: The Slayer.

Dan kali ini, dia tidak hanya menembak—dia juga menghancurkan.